Di satu sisi, keterampilan generasi muda dalam menggunakan peralatan elektronika semakin meningkat, sehingga semakin luas pula akses informasinya, meski di balik itu ada juga yang menggunakannya semata-mata untuk kesenangan.
Sekarang, hampir semua anak muda punya alamat e-mail, dan ini merupakan gengsi tersendiri yang melekat dalam kegiatan dan pembicaraan mereka sehari-hari. "Jangan lupa, ya, kirim e-mail," demikianlah kalimat yang sering dilontarkan sesama mereka di kampus atau dimana saja. Inilah ciri anak muda atau anak globalisasi yang dinamis dan energik.
Apa pun alasan di balik kesenangan anak-anak muda sekarang ini ber internet ria dengan berbagai kepentingannya, inilah salah satu bagian proses globalisasi dengan kemajuan teknologi informasinya.
Menurut pakar pendidikan Dr Mochtar Buchori, globalisasi bukanlah proses searah tapi dua arah sekaligus melokalnya nilai-nilai atau hal-hal yang datang dari luar.
Ambil contoh, "rap music" yang dulu hanya disukai anak-anak muda kulit hitam di AS kini menjadi kesukaan anak-anak muda di Jakarta dan kota-kota besar. Makan di restoran Mc Donald dan KFC kini lebih enak dan lebih bergengsi dibanding di restoran Padang atau ayam Suharti.
Sekarang ini juga ada kecenderungan baru di kalangan masyarakat, menonton di bioskop sambil makan popcorn dan minum Cocacola, padahal ini adalah gaya orang Amerika. Ini bukti proses lokalisasi dari kebiasaan-kebiasaan di AS yang menjelma menjadi kebiasaan masyarakat di Jakarta dan daerah lain.
Sekarang ini, menurut sejumlah pakar komunikasi, terjadi kesenjangan di tengah arus perkembangan teknologi dan sistem informasi dan komunikasi yang secara mencolok dikuasai negara-negara maju sehingga negara berkembang menjadi kewalahan.
Informasi serta nilai-nilai asing untuk tayangan TV saja, misalnya kini telah merasuk dan mewarnai kehidupan sehari-hari keluarga di negeri ini.
Seorang ibu rumahtangga mengaku kegiatannya sehari-hari tiada hari tanpa telenovela. Seorang mahasiswa mengatakan, tak ada hari tanpa chatting, sementara anak-anak kecil mengatakan, tiada hari tanpa playstation.
Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dewasa ini yang sangat cepat, maka mau tidak mau upaya untuk mempertahankan budaya sebagai warisan, tidak bisa lagi hanya bergantung pada proses alam tapi harus dilakukan secara sadar.
Ini terbukti dari berbagai tradisi yang ada yang selama ini dianggap kaku dan tidak boleh diubah, kenyataannya bisa juga bertahan sambil memberi peluang bagi pengembangan suatu kreativitas.
Pucuk-pucuk budaya lokal lainnya itu juga memberi peluang kreativitas untuk dikemas dengan dunia maya sehingga para pencandu internet pun secara tidak langsung juga mendapat sentuhan budaya lokal, budaya dalam negeri sendiri, sehingga terjadi interaksi antarsuku, karena di dalam budaya itu sarat dengan nilai, dinamika, serta sejarah perkembangan yang dapat membanggakan generasi muda.
Selain itu memberi peluang luas kepada kelompok-kelompok seni untuk menyajikan karya-karyanya bagi masyarakat luas, sehingga mampu mengimbangi materi budaya asing lewat teknologi komunikasi yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar